Pages - Menu

Pages

Rabu, 22 Desember 2010

Biografi Zulkifli Syukur





foto

ZULKIFLI SYUKUR





Date of Birth: 03-May-84
Position: Defender
Shirt number: 3
Height: 1.74m
Weight: 63kg
Current club: Arema
National caps:
Goals:

Zulkifli Syukur Pernah Jadi Tukang Cuci Piring Demi Beli Sepatu Bola


Nama Zulkifli Syukur semakin dikenal seantero Indonesia sebagai bek yang tangguh. Berkat andilnya, Timnas Indonesia mampu mempertahankan kemangan 1-0 atas Filipina di babak Semifinal Pertama Piala AFF yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 16 Desember lalu.

Saat itu Filipina nyaris menyamakan kedudukan di menit ke-73. Beruntung palang pintu Indonesia kelahiran Makassar 3 Mei 1984 ini berhasil menghalau bola lewat sundulan kepalanya. Tapi siapa sangka Zulkifli sewaktu kecil menjadi tukang cuci piring di warung coto Makassar. Ini dikisahkan tante Zulkifli bernama, Hajah Nursiah, 72 tahun.

Sepeninggal ayahnya, M Syukur, beberapa tahun yang lalu, Zul pun tinggal bersama Nursiha sampai usia belasan tahun. Soalnya ibunya, Hajah Mardiyana, tinggal di Timika-Papua.

Hobi bermain bola anak keempat dari lima bersaudara ini sudah terlihat di usia delapan tahun. Kala itu pemain Arema Indonesia ini masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Sudirman.

Sehabis pulang sekolah, kenang Nursiah dia langsung bermain bola. Biasanya main depan rumah atau main dilapangan Hasanuddin dan Karebosi. “Saya biasa larang kalau main bola. Karena bajunya pasti kotor dan hari-hari dicuci. Waktu itu kami tidak tahu kalau ternyata main bola bisa menghasilkan,” ucap Nursiah dengan mata berkaca-kaca kepada Tempo, Rabu (22/12) lalu.

Wanita paruh baya ini menambahkan, walau dilarang, Zul tetap ongotot bermain bola. Bahkan ia rela kerja serabutan untuk membeli sepatu demi hobbinya itu. “Dia (Zul) pernah kerja jadi tukang cuci piring di warung coto Makassar dekat rumah, tukang parkir, dan kerja selokan. Semua itu dilakukannya untuk beli sepatu. Dan sungguh kami tidak tahu,”jelasnya.

Dimata dia, Zul merupakan anak yang ulet dan disiplin, apapun yang dikerjakan agar bisa menghasilkan uang. Karena dia sendiri mengaku, kehidupan ekonomi saat itu hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Setelah Zul memasuki remaja, dia pun masuk ke klub lokal Persim Maros. Bakatnyanya pun sudah terasa hingga PSM pun meliriknya. Setahun di skuad Pasukan Ramang selanjutnya ke Bontang, Persim Minahasa dan Arema Indonesia.

Di Arema lah Zul mulai dikenal, hingga dipanggil masuk di timnasional membela Indonesia diajang bergengsi sepakbola Internasional. “Sejak kejuaraan ini digelar, sebelum tampil dia pasti menelpon kerumah. Saya pun mendoakannya. Supaya dia bisa konsen main dan Indonesia menang,”tuturnya.

Paman Zul, Haji Muh Gazali, 65 tahun, adalah mantan pengurus PSM era 90-an. Ia mengatakan, kalau Zul sudah menelpon, keluarga pun langsung menggelar nonton bareng dirumah ini. “Harapan kami sekeluarga, menghadapi Malaysia dipartai Final di Leg Pertama pada 26 Desember, Zul bisa bermain tenang, perbaiki kondisi dan jangan terpancing emosi,”bebernya.

Di rumah bercat putih-ungu berlantai dua berukuran kecil inilah, Zul tinggal. Kini rumah tersebut dihiasi poster berukuran besar. Terlihat Zul berpose dengan timnas lainnya.


PEDULI KELUARGA. Zulkifli Syukur bersama Nadia Thalita Salsabila (anak) dan istrinya, Sumarni, saat liburan di Bali Agustus lalu. (FOTO DOK/PRIBADI)
Kesuksesan pemain-pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 tidak lepas dari peran perempuan di belakang mereka. Dua pemain asal Makassar; Zulkifli Syukur dan Hamka Hamzah, pun mengakui besarnya sumbangsih istri mereka. Termasuk dua perempuan kecil mereka.

Dalam keluarga kecilnya, baik Zulkifli maupun Hamka dikelilingi dua perempuan. Secara kebetulan, dua tembok utama Timnas Indonesia ini memiliki anak yang sama-sama perempuan. Usianya pun tidak terpaut jauh.

Perempuan kecil Hamka Hamzah yang bernama Gwen Chalanta saat ini berusia 2,5 tahun. Sementara perempuan kecil Zulkifli Syukur bernama Nadia Thalita Salsabila, kini berusia 1,5 tahun. Keluarga Hamka menetap di Jakarta. Keluarga Zulkifli di Makassar.

Pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl menerapkan disiplin ketat bagi pemain. Namun, itu tidak menghalangi keduanya untuk tetap berkomunikasi secara intens. Nyaris tiada hari tanpa komunikasi. Bahkan, dalam sehari bisa berkali-kali.

Zulkifli, misalnya, menelepon istrinya Sumarni dan anaknya di Makassar setiap saat. Begitu bangun pagi, dia langsung menelepon putrinya Nadia dengan memanfaatkan fasilitas 3G. Begitu pula sebelum dan sesudah latihan atau pertandingan.

"Sebelum bertanding, saya selalu tanya (Zulkifli) apakah sudah salat. Sebagai istri, saya harus selalu mengingatkan ini," kata Sumarni kepada FAJAR via telepon, Senin, 20 Desember.

Saat ini Sumarni sementara hamil lima bulan. Dia mengandung anak kedua hasil pernikahannya dengan Zulkifli dua tahun lalu. Itu sebabnya, perempuan asal Manado berusia 22 tahun itu memilih tetap tinggal di Makassar.

Biasanya Sumarni ikut ke Malang bersama anaknya untuk menyertai perjuangan suaminya bersama Arema Indonesia. Di Malang, mereka mengontrak rumah sehingga mereka bisa selalu bertemu, kecuali jika Arema sedang bermain di luar kandang.

Sumarni mengaku banyak suka dukanya menjadi istri pemain sepak bola. Apalagi jika suaminya sudah jadi bintang. Yang enak, kata dia, jika suami bermain baik apalagi jadi penyelamat tim. Istri iku-ikutan dapat pujian.

Tetapi giliran suami bermain kurang baik, istri pun kena getahnya. Sumarni mengaku sering menjadi korban saat Zulkifli sedang tidak berada pada top performance-nya. Dia pun kena hujatan. "Tetapi begitulah kenyataannya. Saya hanya bisa bersabar," tuturnya.

Semangat Zulkifli dalam mengawal pertahanan Timnas Indonesia datang dari putrinya Nadia. Apalagi, Nadia sudah mulai bisa bicara. Dia juga sudah bisa mengenali ayahnya di layar kaca saat Timnas Indonesia bertanding. Sambil menunjuk-nunjuk gambar Zulkifli, Nadia berteriak-teriak, "Yayah, yayah..."

Makanya, setiap ada kesempatan, Zulkifli selalu menyempatkan pulang ke rumahnya di Menteng Garden Tanjung Bunga, Makassar, menemui istri dan buah hatinya itu. Seperti saat libur usai babak penyisihan grup Piala AFF 2010.

Kisah itu mirip yang dialami Hamka Hamzah. Istrinya Maria Marghareta Melysa juga sangat mendukung kariernya sebagai pemain sepak bola. Melysa mengaku sudah sangat paham dengan konsekuensi sebagai pemain sepak bola.

"Sebelum menikah, dia sudah cerita konsekuensi sebagai pemain sepak bola. Sering pergi dalam waktu lama. Jadi, bagi saya itu tidak masalah," kata Melysa yang kini menetap di Jakarta.

Seperti Sumarni, Melysa pun merasakan suka-duka bersuamikan pemain sepak bola. Umumnya, tidak enaknya ketika suami bermain kurang bagus. Istri ikut-ikutan kena getahnya. Tetapi, Melysa mengaku sudah terbiasa dengan kondisi itu.

Dia pun mengaku tidak pernah cemburu jika suaminya diserbu fans. Menurutnya, itu salah satu konsekuensi pemain sepak bola, apalagi pemain Timnas Indonesia. "Terbalik Mas, malah biasanya dia (Hamka) yang cemburu," ujarnya sambil tersenyum.

Seperti Zulkifli, Hamka Hamzah juga tidak pernah melewatkan waktu untuk menyapa putrinya Gwen Chalanta, setiap hari. Apalagi Gwen saat ini sudah bisa diajak bermain. Dia bahkan sudah bisa diajak bermain bola.